Senin, 31 Agustus 2009

Dang Alani Hagogoonki

DANG ALANI HAGOGOONKI
BOI AU MARDALAN DI NGOLUNGKON
AUT UNANG HO NADILAMBUNGKI
TUNG SO BOI AU SONGONON
R :
HODO HAGOGOON MANUKOLIAU
HUBERENG BOHIM LAS MARTANGIANG AU
MANGIDO PANGURUPION DI AU
SAI TIOP TANGANKU SAI TOGU MA AU
AI HO DO TUHAN PARGOGO DI AU

Jumat, 24 Juli 2009

Boasa ingkon panjumpang

Borngin soada donganki
Tading sasada au disi
Dilage-lage podomanki
Tung dao-dao ho sian au

Rurus tarsongon bulung
Russur gulang tu toru
Songon i ma nang rohangku
Bereng au ito da hasian

Reff :
Boasa ikkon pajumpang
Hape ikkon marsirang
Boasa ma ho hu tanda
Ndang tardok au sude na hasian

Ndang boi huhalupahon
Ndang boi mago sian rohakki
Holan ho do di ngolukku
Nang pe tung dao ho sian au

Kamis, 11 Juni 2009

cerita Batu Gantung-Parapat

Parapat atau Prapat adalah sebuah kota kecil yang berada di wilayah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia. Kota kecil yang terletak di tepi Danau Toba ini merupakan tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Kota ini memiliki keindahan alam yang sangat mempesona dan didukung oleh akses jalan transportasi yang bagus, sehingga mudah untuk dijangkau.

Kota ini sering digunakan sebagai tempat singgah oleh para wisatawan yang melintas di Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum) bagian barat yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota Padang. Selain sebagai objek wisata yang eksotis, Parapat juga merupakan sebuah kota yang melegenda di kalangan masyarakat di Sumatera Utara. Dahulu, kota kecil ini merupakan sebuah pekan yang terletak di tepi Danau Toba. Setelah terjadi suatu peristiwa yang sangat mengerikan, tempat itu oleh masyarakat diberi nama Parapat atau Prapat.

Dalam peristiwa itu, muncul sebuah batu yang menyerupai manusia yang berada di tepi Danau Toba. Menurut masyarakat setempat, batu itu merupakan penjelmaan seorang gadis cantik bernama Seruni. Peristiwa apa sebenarnya yang pernah terjadi di pinggiran kota kecil itu? Kenapa gadis cantik itu menjelma menjadi batu? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisahnya dalam cerita Batu Gantung berikut ini!.

Alkisah,di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupikebutuhan sehari-hari.

Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba.

Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.

Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.

“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni. Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu.

Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong. Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosokke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.

“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.

Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.

“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.

Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat. “Parapat! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..

Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.

“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.

“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.

“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.

“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah. Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.

Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”

“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.

“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.

“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.

“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.

Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.

“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.

“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.

Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.

“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”

“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.

Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.

“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.

“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.

“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.

“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.

“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.

Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.

Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.

Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”.

Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Demikian cerita tentang asal-usul nama kota prapat. Cerita di atas termasuk cerita rakyat teladan yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah akibat buruk dari sifat putus asa atau lemah semangat. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Seruni yang hendak mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam, namunia justru terperosok ke dalam lubang batu dan menghimpitnya hingga akhirnya meninggal dunia

Selasa, 17 Maret 2009

Ulubalangraja ( Napitupulu )

Pinompar ni ulubalangraja ma marga napitupulu

Songon on ma partonding ni partubu ni pinomparna

Ia pinompar ni Mamburbulang, maringanan do di sangkarnihuta Balige

Raja sipaho bungkas do tu Sigumpar, jala marpinompar disi

Raja Sieang pe bungkas do tu Parsambilan, adong do pinompar disi

Pinompar ni Raja Mulia do na maringanan di Napitupulu Balige

  1. Siangkangan ma Marbulang na sian sangkarnihuta balige
  2. Raja Sipaho ma siangkangan sian pinomparni Sibegulaos
  3. Raja Sieang ma na nomor dua na marhuta di parsambilan
  4. Raja Mulia ma na paitolu na marhuta di huta Napitupulu

Molo menurut au sandiri molo Napitupulu MuliaRaja sarupadi tu Napitupulu Paniangan

Seperti inilah yang saya ketahui tentang Pinompar ni napitupulu,

Ini saya kutip dan pelajari dari beberapa buku yang saya cari di perpustakaan daerah Sumatra utara. Menurut saya walaupun Napitupulu itu banyak seperti: Raja Sipaho, Raja sieang, Raja Mulia. Yang pasti kita itu semua satu nenek moyang dan sama2 Keluarga besar Napitupulu.

Tarsongon au sandiri, molo au boru napitupulu sian MuliaRaja No 17, ima natua2 maringan di balige di jalan Napitupulu Bagasan. Namanubuhon au ima Boru Tampublon lumbanatas.

Sangatlah perlu buat kita semua penerus dari napitupulu kedepannya kita semua sangat berharap agar tau napitupulu darimana dan nomor berapa. Agar kita tidak disebut batak dale yang mana artinya tidak tau asal usul napitupulu itu hanya tau bahwa ia marga napitupulu atau boru napitupulu.

Molo mataniari napitupulu molo na huboto saotik molo so salah boru siburian.

Sononon majolo sian au tentang napitupulu nahuboto.

Molo adong do na hurang manang nasalah na hubahen on, harap partisipasi dari iboto, angkang, anggi niba dohot bere. Asa boi ma muse di perbaiki manang nitambai aha nahurang manang aha nanaeng ni perbaikan.

Minggu, 15 Maret 2009

Asal Mula Danau Toba


Pada zaman dahulu adalah seorang petani bernama Toba yang menyendiri di sebuah lembah yang landai dan subur. Petani itu mengerjakan sawah dan ladang untuk keperluan hidupnya.

Selain mengerjakan ladangnya, kadang-kadang lelaki itu pergi memancing ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya. Setiap kali dia memancing, mudah saja ikan didapatnya karena di sungai yang jernih itu memang banyak sekali ikan. Ikan hasil pancingannya dia masak untuk dimakan.

Pada suatu sore, setelah pulang dari ladang lelaki itu langsung pergi ke sungai untuk memancing. Tetapi sudah cukup lama ia memancing tak seekor iakan pun didapatnya. Kejadian yang seperti itu,tidak pernah dialami sebelumnya. Sebab biasanya ikan di sungai itu mudah saja dia pancing. Karena sudah terlalu lama tak ada yang memakan umpan pancingnya, dia jadi kesal dan memutuskan untuk berhenti saja memancing. Tetapi ketika dia hendak menarik pancingnya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang langsung menarik pancing itu jauh ketengah sungai. Hatinya yang tadi sudah kesal berubah menjadi gembira, Karena dia tahu bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu adalah ikan yang besar. Setelah beberapa lama dia biarkan pancingnya ditarik ke sana kemari, barulah pancing itu disentakkannya, dan tampaklah seekor ikan besar tergantung dan menggelepar-gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya tidak lepas. Sambil tersenyum gembira mata pancingnya dia lepas dari mulut ikan itu. Pada saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan tersebut memandangnya dengan penuh arti. Kemudian, setelah ikan itu diletakkannya ke satu tempat dia pun masuk ke dalam sungai untuk mandi. Perasaannya gembira sekali karena belum pernah dia mendapat ikan sebesar itu. Dia tersenyum sambil membayangkan betapa enaknya nanti daging ikan itu kalau sudah dipanggang. Ketika meninggalkan sungai untuk pulang kerumahnya hari sudah mulai senja. Setibanya di rumah, lelaki itu langsung membawa ikan besar hasil pancingannya itu ke dapur. Ketika dia hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar di dapur rumahnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar dia naik kembali ke atas rumah dan langsung menuju dapur.

Pada saat lelaki itu tiba di dapur, dia terkejut sekali karena ikan besar itu sudah tidak ada lagi. Tetapi di tempat ikan itu tadi diletakkan tampak terhampar beberapa keping uang emas. Karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang aneh itu, dia meninggalkan dapur dan masuk kekamar.

Ketika lelaki itu membuka pintu kamar, tiba-tiba darahnya tersirap karena didalam kamar itu berdiri seorang perempuan dengan rambut yang panjang terurai. Perempuan itu sedang menyisir rambutnya sambil berdiri menghadap cermin yang tergantung pada dinding kamar. Sesaat kemudian perempuan itu tiba-tiba membalikkan badannya dan memandang lelaki itu yang tegak kebingungan di mulut pintu kamar. Lelaki itu menjadi sangat terpesona karena wajah perempuan yang berdiri dihadapannya luar biasa cantiknya. Dia belum pernah melihat wanita secantik itu meskipun dahulu dia sudah jauh mengembara ke berbagai negeri.

Karena hari sudah malam, perempuan itu minta agar lampu dinyalakan. Setelah lelaki itu menyalakan lampu, dia diajak perempuan itu menemaninya kedapur karena dia hendak memasak nasi untuk mereka. Sambil menunggu nasi masak, diceritakan oleh perempuan itu bahwa dia adalah penjelmaan dari ikan besar yang tadi didapat lelaki itu ketika memancing di sungai. Kemudian dijelaskannya pula bahwa beberapa keping uang emas yang terletak di dapur itu adalah penjelmaan sisiknya. Setelah beberapa minggu perempuan itu menyatakan bersedia menerima lamarannya dengan syarat lelaki itu harus bersumpah bahwa seumur hidupnya dia tidak akan pernah mengungkit asal usul istrinya myang menjelma dari ikan. Setelah lelaki itu bersumpah demikian, kawinlah mereka.

Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir. Anak itu sngat dimanjakan ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat kurang baik dan pemalas.

Setelah cukup besar, anak itu disuruh ibunya mengantar nasi setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang. Namun, sering dia menolak mengerjakan tugas itu sehingga terpaksa ibunya yanng mengantarkan nasi ke ladang.

Suatu hari, anak itu disuruh ibunya lagi mengantarkan nasi ke ladang untuk ayahnya. Mulanya dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa ibunya, dengan kesl pergilah ia mengantarkan nasi itu. Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk pauknya dia makan. Setibanya diladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya. Saat menerimanya, si ayah sudah merasa sangat lapar karena nasinya terlambat sekali diantarkan. Oleh karena itu, maka si ayah jadi sangat marah ketika melihat nasi yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa. Amarahnya makin bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakan sebagian besar dari nasinya itu. Kesabaran si ayah jadi hilang dan dia pukul anaknya sambil mengatakan: “Anak kurang ajar. Tidak tahu diuntung. Betul-betul kau anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan!

Sambil menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya dia mengadukan bahwa dia dipukuli ayahnya. Semua kata-kata cercaan yang diucapkan ayahnya kepadanya di ceritakan pula. Mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama karena suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang dia ucapkan kepada anaknya itu. Si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak bukit itu. Tanpa bertanya lagi, si anak segera melakukan perintah ibunya itu. Dia berlari-lari menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.

Ketika tampak oleh sang ibu anaknya sudah hampir sampai ke puncak pohon kayu yang dipanjatnya di atas bukit , dia pun berlari menuju sungai yang tidak begitu jauh letaknya dari rumah mereka itu. Ketika dia tiba di tepi sungai itu kilat menyambar disertai bunyi guruh yang megelegar. Sesaat kemudian dia melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itu pun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat. Beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap kemana-mana dan tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir. Pak Toba tak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang di kemudian hari dinamakan orang Danau Toba. Sedang Pulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama Pulau Samosir.

Minggu, 01 Maret 2009

abjad dalam bahasa batak

A
ha
ma
na
ra
ta
ba
wa
i
ma
nga
la
pa
sa
da
ga
ja
ya
u
nya

Holan tu ho


Ekkelmi ma da ito
mambaen sai las rohakku
tung dao au sian ho
sai tong tu ho rohakku
lagumi ma da ito
na mangago da rohakki

tung so lupa au
tung so tarlupahon
lambok ni hatami

* lao pe au dao
holan tu ho
sai holan tu ho
do lao rohakku
godang angka na uli
tung soada tudosanmu dirohakku

sai holan tu ho
holan tu ho do rohakki

back to *

Molo margitar au ito


Molo margitar au ito
bege ma soara na i
di gitar hi do au ro
di si do au mandok tu ho
ue alusi au ito

molo marende au ito
bege ma nang hata na i
di endekki do au ro
di si do au mandok tu ho
ue alusi au ito

reff:
molo hubaen marlogu sada
ihuthon au marlogu dua
ai molo ho sai dilambungkku
saleleng i tung sonang do

Nasonang do hita nadua


Na sonang do hita nadua
saleleng au rap dohot ho

nang rodi na sari matua
sai tong ingotonhu do ho

hupeop sude denggan ni basam
huboto tu au do roham

nang rodi na sari matua
sai tong ingotonhu do ho

hupeop sude denggan ni basam
huboto tu au do roham

nang rodi na sari matua
sai tong ingotonhu do ho

sai tong ingotonhu do ho

Sai anju ma au


aha do ala na
dia do bossir na hasian
umbaen sai muruk ho tu au
molo tung adong na salah na hubaen
denggan pasingot hasian

*molo hurimangi
pambahenan mi na tu au
nga tung maniak ate-ateki
sipata bossir soada namai
dibaen ho mangarsak au

reff:
molo adong na sala
manang na hurang pambahenanki
sai anju ma au
sai anju ma au
ito hasian
sai anju ma au
sai anju ma au
ito na lagu

back to *

back to reff:

sai anju ma au
sai anju ma au
ito hasian
sai anju ma au
sai anju ma au
ito na lagu

Sapala naung hutaon


Sombu ma roham ito
molo mate marsak au
pulut do roham
mandao sian au
manadingkon au
maninggalhon au

*jot-jot dibaen ho ito
sogo ni rohakku
hape so adong
salakku hu to
manang na hubaen
na hurang ito

reff:
sapala naung hu taon ito
na hansit na dibaenmi tu au
tiop ma da raut i
baen ma tu andorankki

asa unang huida ho ito
raphon si dolo na tinodo mi

tumagon bulung langge da ito
unang pado singkoru
tumagon na ma au mate da ito
molo tung i pangidoan mu

tumagon bulung langge da ito
unang pado singkoru
tumagon na ma au mate da ito
molo tung i pangidoan mu

back to *
reff:

Saputangan na maraek


dang adong be laba ni ito
dang adong be guna ni ito
patoguhon parjanjian i
nang di pargaulanta i
unang be saingot-ingot i
sasude naung salpu i

damang parsinuang mi ito
dohot nang sude angka sisolhot i
mangorai au hasian
asa unang jonohanku ho
angka hata naso hata pe
dipasahat do tu au

reff:
saputangan na maraek i
dang ala ni hona udan i
iluki do nambaen hasian
ema ilu parsirangaan i

sai horas ma ho ale ito
tu si doli na mamora i
tinodo ni damang parsinuang mi
sai maranak nang marboru ho

Unang paksa au ito


sahali dua hali
dibaen ho tu au na hansit
soa aha hudok tu ho
huboto na margabus ho tu au
alai tong sai hu oloi
ala ni holong hi tu ho
ala ni sayang ki tu ho ito
jala arap dope
rohakku denggan pargaulanta

tu dos dalan na maol i
hubungan ta on nuaeng
ai lam dao
lupa ho tu janji
di sengaja lao ito
molo diberengko aau hasian
dibahen ho do au songon alom
mabiar ho tu au

reff:
unang paksa au ito manggotap holong
unang paksa au ito mandokkon sirang
pikkiri ma ito
rimang-rimangi ma ito dibagas rohami

unang paksa au ito tu pandelean
unang paksa au ito tu paningkotan
bukka ma ito pittu ni rohami
ingot padantai

tung so marala tung so marboru
ise si ose padan

Unang parmeam-meam au


ho do mandokkon jolo tammat au
sai nimmu tu au
ho do na mandokkon jolo horja au
sai nimmu do tu au
ho do na mandokkon ikkon sabar au
sai nimmu do tu au
sai tarpaima
sai tarpaima
sai hu paima

molo sai husungkun ho hasian
parbogasonta i
sai tarilu ilu ho da hasian
lao mangalusi au
hata naung tapudun i saleleng on
hutiop do i gomos
sabar do au
sabar do au
paimahon ho

reff:
unang gabusi au ito
unang marsandiwara ho
molo so olo ho tu au
paboa aha alana da

unang parmeam-meam au
unang parmeam-meam au

Marrokkap dung matua


Rampak marsoban hita na dua
tu harangan i mulak sikkola i
hu hehe i ma ho mekkel subing ho tu au

borhat ma au tu parjangani
ro ho tu au pahattus padan i
alai dang marrokkap hita tikki i

reff:
hape dung matua marrongkap ma hita
boi pajumpang muse
aha na buni dirohatta
gabe boi ito tapasada

dainang manodo
ho do ito na lao parumaen nai
dang hu olo dainang
manuntun lomo au tikki i

hubilang-bilangi sude na salpu i
manetek ilu ala ni las ni roha
hape dung botari pajumpang dohot ho

back to reff:

Soripada na burju

Soripadakku.....
Na burju.....
Nalambok ma lilu
Toho ma ho
boru ni raja
tinodo ni dainang i

nang pe sipata
sala do au
ekkelmi dibahen ho
tung so muruk
tung so muruk
tung lambok panungkun mi

namalo do dainang ma nodo ho
na lao parumaenna
boi ho sipaniroi sipanuturi
di parsaripe on ta
songon lambok ni nambur
pambahenanmi
tu damang dainang i
ho ma na parjolo
ho do na parpudi
saleleng ngolukki

Aha ma Na tau Si dohononku


Sidalianmu tu au
manggalar adat parsahutaon i
martaon ari nia ari manipat saborngin ho di si

sidalianmu doi na melekmelek an i
dang na mandungoi ha pe marjuji do ho
patut ma habis hepeng si saotik i

ia hu sungkun ma damang boasa dang mulak borngin i
logam-logam ma damang mamikkiri hepeng hataluonmi

marniang sibuk pe au damang natua-tua ala parjujion mi
paubaon damang ma pauba damang ma parjujion mi

so gogo ni ula santopak na lao balanjotta
sinari saonari ingkon i do muse harappononta manogot i

adong pe boras satakkar na sinali manogot i
ipe tangkas ma pikkiri sotung gade sude na artami

Aut Na huboto

Lima bulan hita naung martunangan
dijolo ni damang nang dainang
laos disi do hupasahat
tintin marmata berlian
songon tanda lao pahotton parjanjian

Dohot dongan na poso umbotosa
saksi ni padanta naung tapudun i
laos di si do tasumpahon
naso jadi hita sirang
paima dapot ari pamasu masuon

Hape di naso panagaman
mamukka holong ho di na so pamotoan
dijolo hatami manis begeon
dipudikku ho ito mandua holong
aut nahuboto ito
ho naung mardongan
dang oloangku ito
da martunangan

ito....
kejam nai pambaenanmi
ito....
kejam nai pambaenanmi

Minggu, 22 Februari 2009

Taringot au

Taringot au uju tinggal di huta
raphon si dongan magodang
marmeam-meam tu hauma
manutung gadong dohot cabe natata
rap do hot dongan
macai sonang tahe maronang-ronang

dung mulak sian hauma
marlojong tu tao toba
marlangei so marna loja
sihubeon nunga tung maccai malena
di dadang ari namar hali pitonga
di hosni ari i

taringot au
taringot au uju tinggal di huta
taringot u tuakka dongan magodangi

molo tikki poltak bulan
marendei di alaman raphon dohot namar baju
mekel-ekel tung maccai sonang

mollo tikki poltak bulan
marendei di alaman
raphon dohot namar baju
mekel-ekel tung maccai sonang

taringot au
taringot au uju tinggal di huta
taringot u tuakka dongan magodangi